Saturday, October 4, 2008

ANEH, SITUS PURBAKALA BATU KUYA HILANG





DOK.KSB
Situs Batu Kuya diangkut kontainer saat melintas di Desa Pasir Madang, Selasa (23/9).

BOGOR - Sebuah batu purbakala peninggalan Kerajaan Tarumanegara seberat 6 ton ”hilang” dari lokasi situsnya di hutan lindung Haur Bentes, Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Batu yang dikenal masyarakat dengan nama ”Batu Kuya” itu diangkut menggunakan kontainer.

Dinamakan Batu Kuya karena batu raksasa tersebut bentuknya mirip kura-kura atau dalam bahasa Sunda disebut ”kuya”. Batu tersebut berdiameter sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 4 meter. Pada bagian ujungnya terdapat benjolan seperti kepala kura-kura.

Hilangnya situs peninggalan abad IV atau ke V tersebut terlambat diketahui aparat setempat. Namun, saat pemindahan batu situs tersebut dengan menggunakan alat-alat berat dan diangkut truk tronton, Selasa (23/9), banyak anggota masyarakat yang melihatnya.

”Begitu mendapat laporan dari masyarakat, Kamis (25/9), kami langsung ke lokasi, namun truk tronton sudah tidak ada. Kami kejar ke Kecamatan Leuwiliang juga sudah tidak ada. Kami mendengar truk tronton tersebut sudah ada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan batu situs akan dikirim ke luar negeri,” kata Kepala Bidang Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor Boy Gyawarman di Bogor, Jumat (26/9).

Menurut Gyawarman, hilangnya situs batu kuya dari tempatnya sudah dilaporkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Kabupaten Serang, yang mengawasi kelestarian situs-situs sejarah/purbakala di Jawa Barat dan Banten. Laporan serupa juga disampaikan ke Direktorat Peninggalan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

”Menurut pejabat di direktorat itu, dipastikan situs batu purbakala ini masih berada di Indonesia,” katanya.

Gyawarman menambahkan, pihaknya memang sudah mencatat keberadaan situs purbakala di hutan lindung Haur Bentes, Kecamatan Sukajaya. Ada beberapa situs di kawasan hutan lindung tersebut yang berada di permukaan tanah.

”Namun, identifikasi dan deskripsi terhadap situs-situs yang ada belum dilakukan karena anggaran yang sangat terbatas,” ujarnya.

Meski demikian, situs tersebut kemungkinan besar peninggalan Kerajaan Tarumanegara, yang merupakan kerajaan tertua di Nusantara. Kerajaan Hindu yang didirikan Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 Masehi ini meninggalkan tujuh prasasti yang tersebar di Bogor dan Jakarta.

Dibuat jalan

Sejumlah anggota masyarakat yang menyaksikan pemindahan batu tersebut mengatakan, alat-alat berat dikerahkan untuk mengangkut batu situs tersebut. Untuk menuju lokasi situs di kawasan hutan lindung Haur Bentes juga dibuat jalan selebar 3 sampai 4 meter.

Ukat Sukatma, tokoh adat Sindang Barang dan pemerhati situs-situs di Bogor, mengatakan terkejut ketika melihat truk tronton mengangkut batu situs. Apalagi ketika melihat ”kepala kuya” atau kurang-kura dipotong untuk memudahkan pengangkutan. ”Namun, saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.

Di sekitar kawasan hutan lindung tersebut juga terdapat situs-situs lainnya, seperti yang berbentuk buaya dan orang. Namun, semua situs tersebut dibiarkan telantar. (RTS/Kompas)

No comments: