Saturday, August 30, 2008

SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN MASIH DILEMATIK





KOMPAS-ARDUS SAWEGA
Tanduk kerbau purba sepanjang dua meter ini tersimpan di Museum Sangiran.

SRAGEN - Saat ini tidak ada aktivitas penggalian fosil manusia purba di situs Sangiran, Jawa Tengah. Yang ada pembangunan museum senilai Rp25 miliar. Ke depan Situs Manusia Purba seluas 56 km persegi itu diharapkan menjadi obyek wisata budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi dan pendidikan yang dapat dibanggakan.

Kepala Balai Pelestarian Manusia Purba Sangiran Dr Harry Widiyanto mengatakan, Situs Sangiran masih dihadapkan pada beberapa persoalan yang dilematik. Potensi yang dimiliki menghadapi ancaman yang disebabkan oleh proses alam dan kegiatan manusia. Ini terjadi karena areal situs yang relatif luas dan terbuka, penduduknya banyak dan mereka menguasai tanah yang banyak fosilnya.

"Ada 175.000 jiwa penduduk yang bermusim di areal Situs Sangiran," kata Harry, Minggu (27) di Sangiran.

Situs Sangiran telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1996. Sangiran mempunyai nilai penting bagi sejarah geologi di Indonesia, dan terpenting di dunia, karena mencakup lapisan stratigrafi dari 2 juta sampai 200.000 tahun yang lalu. Hal ini merupakan data terpenting untuk mengungkapkan proses evolusi manusia purba, budaya dan lingkungannya.

Harry menjelaskan, 175.000 jiwa warga yang tinggal di kawasan situs itu umumnya miskin. Punya sedikit lahan pertanian sawah tegalan, tapi hanya bisa diolah saat musim hujan. Musim kering sekarang, sejumlah warga mengaku gagal panen, karena tanaman padi merangas dan mati. "Bertani hanya kerugian yang didapat, tanah pun tak bisa diolah untuk keperluan lain," kata Sutini, warga Krikilan, Sangiran.

Kepala Balai Pelestarian Manusia Purba Sangiran itu menegaskan, walau warga punya hak atas tanah, namun mereka tak bisa menggunakannya selain untuk bertani. "Kadang jika musim hujan tiba, longsor sering terjadi. Dan pernah ditemukan fosil-fosil binatang purba. Diakui, ada juga warga yang menemukan fosil manusia purba, dan kini mereka terjerat kasus yang tengah digelar di pengadilan.

"Saya dua minggu lalu jadi saksi ahli kasus jual beli fosil manusia purba. Sekarang, kalau pun ada fosil yang diserahkan, tak tertutup juga kemungkinan ada yang menjualnya. Mungkin, ini misal, dari dua yang diserahkan, lima fosil lolos. Di internet fosil manusia purba ada yang ditawarkan hingga Rp3 miliar," papar Harry.

Menurut Harry fosil diperjualbelikan bisa mendatangkan uang cepat, sedangkan kalau diserahkan ke pemerintah prosesnya bisa sampai tiga bulan. "Terakhir ada warga yang temukan fosil buaya dan kerbau purba. Penemunya peroleh uang ganti rugi dari pemerintah masing-masing Rp5 juta," ungkapnya.

120 Fosil Homo Erectus

Tentang fosil manusia purba, sampai sekarang kata Harry sudah ditemukan di Situs Sangiran sebanyak 120 fosil Manusia Homo Erectus yang relatif utuh. Sementara jumlah fosil secara keseluruhan yang ditemukan di Situs Sangiran sejak 1936 berjumlah sekitar 14.000 fosil, yang sebagian kecil dipamerkan di ruang pameran dan sebagian besar lainnya di simpan di gudang.

Di Museum Sangiran tidak ada fosil manusia purba yang dipamerkan, kecuali fosil binatang-binatang purba yang hidup di darat dan fosil binatang laut. Sejumlah fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Palaeoanthropologi Yogyakarta.

Menurut Harry untuk mendukung upaya pelestarian dan pembangunan kawasan Situs Sanggiran sebagai Pusat Informasi Manusia Purba Dunia (berskala internasional), telah disusun Master Paln Pelestarian dan Pengembangan Kawasan Situs Sangiran yang dilaksanakan tahun 2005 dan 2006. Berdasarkan hasil studi, telah diidentifikasi 4 klaster penting, yakni klaster Krikilan, Ngebung, Bukuran, dan Klaster Dayu. (Sumber : NAL/kompas_Tribun Kaltim_Minggu, 27 Juli 2008 )

No comments: